Minggu, 08 November 2009

STRUKTUR PEMERINTAHAN DESA WASPAIT


1. KEPALA DESA : AHMAD WAMNEBO

2. SEKRETARIS DESA : MIM NENDO

3. KEPALA PEMUDA : ABANG MAMAN

4. KETUA OLAHRAGA : AHMAD TOMAHU



TOKOH-TOKOH AGAMA


1. MOHAMMAD BACHMID

2. ALM.MA'RUF HENTIHU

3. UMAR TASIDJAWA

4. TAHIR TASIDJAWA




TOKO-TOKOH ADAT


1. ALI TASIDJAWA

2. HAMIS LUHULIMA

3. HASYIM WAMNEBO

4. ALM.AHMAD WAIYULO

5. RAHMAN TASIDJAWA



Desa waspait merupakan sebuah desa yang terletak di pulau buru bagian barat dengan jarak sebanyak 90 kilometer dari pusat kota namlea kab buru. desai ini termasuk salah satu desa penghasil alam terbanyak di kab buru. mulai dari ikan laut,perkebunan ubijalar,kelapa pisang coklat,jagung,cengkeh,dan masih banyak lagi hasil rempah2 yang lain. mata pencarian utama masyarakat disana yaitu

1. nelayan
2. petani
3. karyawan di salah satu perusahaan swasta(PT WWI & WRB)P.BURU

masyarakat disana 1005 penganut agama islam. dan kehidupan masyarakat disana aman karena semua warga desa waspait itu mempunyai keterkaitan keluarga yang sama dan kuat dalam mempertahankan silahturahmi.


*KISAH SEORANG PRAMUDYA ANANTATOER*
YANG DI BUANG DI PULAU BURU


Pramudya Ananta Toer di New York. Bagaimana kita pernah membayangkan ini? Di tengah Park Avenue tulip bermunculan kembali-tiap tahun seperti tak disangka-sangka-dengan rapi, seakan kembang plastik. Ini akhir April. Di dalam Gedung Asia Society di tepi avenue itu, di auditoriumnya yang penuh sesak, orang memandang ke pentas: Pramudya Ananta Toer di New York. Sesuatu yang lebih tak terduga. Orang sadar bahwa di panggung yang tertata itu, ada sesuatu yang datang dari sebuah pengalaman yang suram.
Pram mengenakan jas Nehru abu-abu, rambutnya yang memutih dan gondrong tersibak ke belakang. Dalam umurnya yang lebih dari 70 tahun, ia tampak kuat, langsing, tegak. Suaranya besar dan mantap, dengan getar di sana-sini. John MacGlynn, penerjemahnya, duduk di dekatnya, dekat sekali ke telinga Pramudya yang pekak, untuk setiap kali menyalin percakapan ke dalam bahasa Inggris atau sebaliknya. Di sebelah kiri Pramudya, Mary Zurbuchen, mengajukan beberapa pertanyaan dalam sebuah interview yang menarik, sebelum Pramudya menghadapi hadirin.
Pernahkah kita membayangkan ini? Mungkin kita akan mengatakan, sejarah memang sebuah proses dari keadaan terbelenggu ke arah keadaan merdeka-dan riwayat hidup Pramudya Ananta Toer melukiskan itu. Di zaman perang kemerdekaan ia ditangkap dan dipenjarakan Belanda, karena ia anggota dari pasukan Republik. Di zaman "Demokrasi Terpimpin" Soekarno ia dipenjarakan tentara, karena bukunya Hoakiau di Indonesia. Di zaman "Orde Baru" ia dipenjarakan, dibuang ke Pulau Buru, dan kemudian dikembalikan ke Jakarta tetapi tetap tak bebas, selama hampir 20 tahun. Dan kini, tahun 1999, ia mendapatkan paspornya, ia seorang yang merdeka kembali, dan ia berangkat ke Amerika Serikat, sebuah negeri yang tak pernah dikunjunginya-dan ia disambut.
Tetapi benarkah sejarah punya narasi selurus itu? Di Pulau Buru, tempat ia diasingkan selama 13 tahun beserta 12.000 tahanan politik lainnya, sebuah gulag yang dikurung oleh laut, sebuah kamp yang dikitari savana dan diselang-selingi rawa, barangkali yang bertahan hanya ide bahwa kelak manusia akan bebas. Terutama jika orang mempercayai Hegel dan Marx-seperti mempercayai eskatologi bahwa surga akan datang kelak di kemudian hari karena itulah janji Tuhan. Tetapi jika kita baca catatan-catatan Pramudya yang kemudian dihimpun di bawah judul Nyanyi Sunyi Seorang Bisu, yang di Amerika tahun ini diterbitkan sebagai The Mute's Soliloquy, barangkali yang tebersit di sana bukanlah eskatologi itu, bukan Hegel bukan pula Marx, melainkan sebuah "pesimisme pemikiran, optimisme kehendak".
Kalimat ini datang juga dari keadaan terpenjara: yang menuliskannya seorang Marxis yang orisinil, Antonio Gramsci, dari selnya di Italia di tahun 1930-an. Mungkin itu pulalah yang juga terjadi di Buru. Pram menuliskan catatannya dan kemudian menyembunyikannya, tanpa harapan bahwa semua itu akan dibaca. Tetapi, seperti dikatakannya kepada Mary Zurbuchen, ia ingin agar ada kesaksian bagi anak-anaknya-yang terpisah dari dirinya selama bertahun-tahun itu-bahwa "mereka pernah punya seorang ayah".
Ancaman dari waktu adalah ketidaktahuan yang berlanjut atau lupa yang kemudian terjadi. Mengetahui, dalam melawan ancaman waktu-itulah hal yang penting bagi Pram. Ia tak tahu apakah ia akan menang. Akalnya mengatakan kemenangan baginya mustahil. Tetapi ia tak hendak menyerah. Ia menulis sederet novel sejarah.
George Orwell pernah mengatakan bahwa bentuk novel adalah yang "paling anarkis" dalam kesusastraan. Orwell benar, sepanjang sifat "anarkis" itu diartikan penampikan novel kepada segala yang ortodoks dan mengekang. Tetapi pada sisi lain, novel-seperti yang ditulis oleh Orwell dan Pramudya, terutama novel sejarah itu-mempunyai dorongan yang dekat dengan kehendak "mengetahui". Dan "mengetahui" bukanlah sesuatu yang bisa terjadi dengan anarki; mengetahui adalah proses yang tertib.
Dalam novel, sejarah memperoleh alur, mendapatkan bentuk. Mungkin bukan sebuah alur Hegelian (bahwa sejarah akan berakhir dengan kemerdekaan), tetapi bagaimanapun bukan sesuatu yang acak-acakan. Haruskah dengan pandangan demikian ini pula kita melihat cerita hidup Pramudya sendiri: dari sebuah pulau buangan yang jauh di Maluku, sampai dengan ke Amerika Serikat, sebuah negeri yang-seperti diakuinya malam itu-punya kontribusi besar, berkat Presiden Carter, dalam pembebasannya dari Pulau Buru?
Salah satu yang sering mengagetkan dalam sejarah ialah bahwa ia ternyata bisa mengagetkan. Banyak hal berlangsung bukan semata-mata karena progresi yang seperti hukum itu, bukan karena perkembangan sebuah struktur sosial, bukan pula takdir, melainkan karena tindak manusia. Dari saat Pramudya ditahan sampai dengan saat Pramudya di New York telah berlangsung sebuah periode yang begitu mencengkeram: Perang Dingin. Perang Dingin, yang membagi dunia menjadi dua sejak akhir 1940-an, antara "komunis" dan antikomunis"-seakan-akan itu sebuah pembagian yang kekal-tak disangka-sangka berakhir ketika Mikhail Gorbachev mengambil keputusan yang semula tak terbayangkan di tahun 1989: Uni Soviet harus berubah, dan Tembok Berlin diruntuhkan.
Smiley, tokoh utama John Le Carre yang muncul kembali dalam The Secret Pilgrim, mengatakan itu dengan secercah rasa kagum: "Manusialah yang mengakhiri Perang Dingin itu, kalau kau belum mengetahuinya. Bukan persenjataan, atau teknologi, atau tentara atau serangan. Manusia, itu saja. Dan bahkan bukan manusia Barat... melainkan musuh bebuyutan kita di Timur, yang turun ke jalan, menentang peluru dan tongkat polisi dan berkata: Sudah cukup. Kaisar merekalah, bukan kaisar kita, yang berani naik ke panggung dan mengatakan bahwa ia tak berpakaian."
Kaisar yang berani, rakyat yang bertindak.... Manusia belum mati-mungkin itulah yang akhirnya harus dikatakan, sebuah kabar gembira untuk Pramudya, tentang Pramudya. Setidaknya ketika musim dingin ketidakbahagiaan kita berakhir, dan tulip dan magnolia muncul, setidaknya sampai musim gugur.

{PEMBANGUNAN MESJID AL-IKHLAS DESA WASPAIT}

new info : wsp/sls/01/09

Sejak masyarakat desa waspait mulai melakukan bakti demi medeklarasikan mesjid terbaru mereka yang bernama mesjid AL-IKHLAS dengan ini merupakan sebuah kebanggaan terbesar bagi masyarakat desa waspait.bahkan pada momen lebaran kemarin masyarakat melakukan kegiatan pencarian dana untuk mesjid yang mereka bentuk pada tahun 2009.dengan agenda kegiatan yang mereka lakukan seperti hadrat di desa waimangit dan di desa-desa lainya.pembangunan mesjid al-ikhlas ini sangat di dukung oleh pemerintah daerah dan Bupati Buru DRS.M HUSNIE HENTIHU
selaku penyelenggara peletakan batu pertama pada mesjid al-ikhlas desa waspait.




(Peresmian Waspait Resort buru)

Kontribusi Dari azis tomia
Wednesday, 06 February 2008
Pemutakhiran Terakhir Wednesday, 06 February 2008
Kabupaten Buru memiliki sejumlah kawasan wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan, baik wisata alam, budaya, maupun bahari. Untuk mendukung pengembangan sektor parawisata yang ada sekaligus menjadikan daerah ini sebagai salah satu tujuan wisata di Propinsi Maluku, maka pada hari Senin (04/02/2008) Gubernur Maluku ( K. A. Ralahalu ) di dampingi oleh Bupati dan Wakil Bupati Buru serta unsur Muspida secara simbolis meresmikan pengoperasian sebuah Resort Wisata di Desa Waspait milik PT Waspait Resort Buru.
Resort wisata ini dikembangkan dengan menggabungkan konsep ekonomi dan bisnis serta parawisata secara terintegrasi, yakni dengan mendirikan kios, pasar ikan serta pengembangkan perkebunan buah disekitar resort, kedepan pengelola juga akan mendirikan hotel sebagai tempat hunian yang menyatu dengan alam, resto-cafe dan fasilitas rekriasai lainnya.
Untuk mendukung kawasan ini sebagai daerah tujuan wisata direncanakan dalam waktu dekat pihak telkomsel juga akan membangun jaringan telepon selurer dengan mendirikan sebuah BTS di sekitar lokasi tersebut.
Gubernur Maluku, K. A. Ralahalu dalam sambutanya mengharapakan agar peresmian resort ini dapat menjadi momentum bangkitnya sektor parawisata yang ada di daerah ini untuk bisa mensejajarkan diri dengan daerah lain dalam pengembangan industri keparawisataan ”ini adalah mementum yang tepat untuk menggerakan ekonomi masyarakat lakal dalam usaha peningkatan perekonomi masyarakat” ujar Ralahalu ”Kabupaten Buru memilii keunggulan telah dikenal oleh masyarakat secara luas” lanjutnya Sementara Bupati Buru, Drs. H. M. Husnie Hentihu dalam sambutannya menegaskan bahwa pengembangan resort ini menjadikan kawasan pesisir barat pulau buru sebagai setra pertumbuhan ekonomi baru di daerah ini ” resort ini dapat memperpendek rentang kendali masyarakat selaku pelaku ekonomi dimana dapat melakukan transaksi secara cepat, mudah, murah dan efisien” tegasnya ”saya harapkan agar manajemen resort selalu melibatkan masyarakat lokal dalam pengembangan kedepan untuk dapat memberdayakan ekonomi masyarakat” lanjut Hentihu
:SITUS RESMI PEMKAB BURU MALUKU
http://